蓬卡諾起草國事演講文本的徹底性可能是後來的印尼總統所無法比擬的。
1950 年,蘇加諾總統在獨立宮的辦公室。
每次印尼共和國紀念週年紀念日,邦卡諾都有義務發表國事演講。接近8月17日,獨立宮的客廳總是熱鬧非凡。邦卡諾曾在這裡起草演講稿。
蘇加諾的長子貢圖爾·蘇加諾普特拉 (Guntur Sukarnoputra) 表現出了他在準備國事演講時的周密性。貢圖爾在《蓬卡諾》中表示,蓬卡諾:我的父親、我的朋友、我的老師總是先與部長和社區人物等重要人物討論他的演講主題。此後,蘇加諾透過文獻、報紙、雜誌以及國外的新聞報導收集佐證資料。
蘇加諾撰寫演講稿的另一個習慣是使用高端派克牌鋼筆和奎克牌藍色墨水。書寫是在對開尺寸的總統紙上完成的。手寫後,演講稿將列印為草稿。蘇加諾經常引用偉人的思想和外國術語,為他的演講增添了分量。
貢圖爾在回憶錄中講述了他參與準備蘇加諾國事演講文本的經歷。我不知道具體年份,但清楚的是 8 月是在 1955 年至 1959 年之間。當時,正值青少年時期的貢圖爾放學回家,發現父親正忙著寫演講稿。為了不打擾他,貢圖爾躡手躡腳地走進了他的房間。原來,蘇加諾知道貢圖爾的存在。泰蒂巴·蘇加諾命令貢圖爾拿走蘇加諾房間指揮棒旁邊的墨水。
「這是墨水,先生,」貢圖爾說。
「你吃飯了嗎?」邦卡諾問。
「還沒有。你吃飯了嗎?貢圖爾反問。
「很快。還沒吃呢。 「先幫幫我,先生,」蘇加諾問。
“是的,先生,”貢圖爾回答道,“您還沒有寫完嗎,先生?”
「還沒有!呵呵,別離爸爸太遠。以防萬一我需要你給我拿些書。蘇加諾下令。
貢圖爾肚子咕嚕咕嚕叫,他站在客廳出口附近的椅子上,邦卡諾正在客廳裡寫作。從那裡,距離前廊不遠,那正是蘇加諾用作圖書館的私人房間。圖書館收藏蘇加諾自 1919 年以來的書籍,涵蓋各種主題。從政治、經濟、哲學、文化、社會學、宗教等等著手。不久之後,聽到一個洪亮的聲音呼叫貢圖爾,人們通常稱他為托托克。
「敲!! 「把托馬斯·傑斐遜的《獨立宣言》帶來這裡,」蘇加諾命令道。托馬斯·傑佛遜是美國第三任總統,也是美國憲法的起草者。貢圖爾趕緊去圖書館拿了他要的書。書被遞過來後,貢圖爾坐回了原來的位置。
「圖克!! 「把《亞伯拉罕林肯》這本書給我拿來,」邦卡諾再次問道。亞伯拉罕·林肯是美國第 16 任總統,他反對美國的奴隸制。雷霆履行其職責。
“Toook!!” Bawa kemari bukunya Vivekananda,” perintah selanjutnya. Swami Vivekananda ialah seorang ahli filsafat India yang menjiwai gerakan nasionalisme India. Tanpa banyak cakap, Guntur melangkah ke perpustakaan mengambil buku dan menyerahkannya.
“Kembalikan buku ini! Bawa kemari buku Nehru dan Karl Kautsky,” kata Sukarno. Pandit Jawaharlal Nehru adalah pemimpin nasionalis India sedangkan Karl Johann Kautsky filsuf beraliran Marxis dari Jerman. Guntur lagi-lagi kembali ke perpustakaan untuk mengambil buku tersebut.
Masih belum cukup, Sukarno kemudian memanggil Guntur lagi. Dimintanya buku karya Lothrop Stoddard. Stoddard adalah seorang orientalis terkemuka penulis buku The Rising Tide of Color yang dialihbahasakan menjadi Pasang Surut Kulit Berwarna. Untuk kesekian kalinya Guntur menjadi asisten ayahnya.
Sukarno melanjutkan kembali menulis teks pidatonya. Tidak berapa lama kemudian, Sukarno kembali memanggil Guntur. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Rupanya Guntur tertidur karena kecapaian bolak-balik dari perpustakaan ke ruangan tengah Istana Merdeka.
“Toook!”
“Took!”
“Toook, Toook, Toook!”
“Ayo bangun,” ujar Sukarno.
“Haah…eh… a, a, apa Pak??” jawab Guntur yang mendadak terjaga dari tidurnya, “Bukunya Karl Marx ya Pak?” katanya lagi seraya mengusap-usap mata.
“Husy! Kau ngelindur! Ayo temani bapak makan”
Guntur pun bergegas mengikuti ayahnya yang presiden RI itu ke ruangan makan. Perutnya sudah kelaparan dari tadi. Menurut Guntur, Sukarno selalu dibantu oleh sebuah tim yang bekerja 24 jam tanpa berhenti dalam penyusunan naskah pidatonya. Terdiri dari seorang Liaison Officer (pegawai penghubung) yang membawahkan 2 sampai 3 orang pengetik cepat dari Sekretariat Negara.
“Kalau saat penulisan dimulai maka tidak seorangpun boleh mengganggu Bapak mulai dari pagi sampai pagi lagi,” kenang Guntur.
Kerepotan dalam menysusun pidato Sukarno juga diakui oleh Molly Bondan. Pada 1960-an, Molly yang berkewarganegaraan Australia itu bertugas sebagai penyusun pidato bahasa Inggris Presiden Sukarno. Menurut Molly cara Bung Karno berpidato bagaikan seorang dalang yang bercerita. Sukarno gemar melakukan pengulangan kata sebagai upaya untuk lebih menjelaskan, seolah-olah dirinya secara pribadi berbicara kepada hadirin. Selingan humor, kutipan kalimat dan juga sarat lukisan suasana berwarna-warni. Begitu dalam berpidato, demikian pula keadaannya kalau Bung Karno menulis.
“Menyadari keadaan ini dan juga untuk menjaga agar nuansa terjemahan bahasa Inggrisnya tetap sepadan, Molly terus terang mengaku seringkali sengaja agak mengorbankan akurasi pidato Bung Karno, tanpa harus mengurangi maknanya” seperti tersua dalam Kisah Istimewa Bung Karno yang disusun Hero Triatmono.
Kendati demikian, Molly menegaskan, Bung Karno sangat terampil dalam merumuskan pemikiran serta menyampaikan gagasan. Semua pidatonya termasuk pidato tahunan setiap tanggal 17 Agustus selalu diperbincangkan dengan semua anggota kabinetnya. Ide dasarnya tentu datang dari Bung Karno sendiri. Dengan persiapan yang teliti dan seksama ditambah dengan kecakapan berorasi, pidato kenegaraan Sukarno selalu ditunggu-tunggu bahkan menjadi daya tarik bagi rakyat yang mendengarnya.